Kamis, 28 Juni 2012
Sejarah Angkringan (jogja)
Sejarah Angkringan (jogja)-Hik(Solo)
Apa yang anda lakukan ketika merasa suntuk sekaligus lapar, jenuh dengan aktifitas sehari-hari dan ingin melepas penat tanpa merogoh kocek terlalu dalam? Jika anda tinggal atau kos di Jogja, entah itu kuliah atau bekerja, anda tentu sudah tidak asing dengan yang namanya “angkringan” bukan? Ya, angkringan bisa kita temukan di mana saja di sepanjang jalan yang ada di Jogja. Kita juga bisa menemukannya di Solo, hanya saja namanya berbeda. Di Solo sebutannya “hik”. Ada yang mengatakan itu kepanjangan dari “hidangan istimewa kampung”. Sedangkan angkringan berasal dari kata bahasa Jawa “angkring” yang artinya duduk santai, biasanya dengan melipat satu kaki ke kursi. Yang jelas angkringan Jogja dan hik Solo tidak jauh berbeda ciri-cirinya. Malam ini Jogja cerah sekali cuacanya. Rembulan terlihat setengah lingkaran, seperti semangka keemasan melayang di langit malam yang hitam. Saya ingin menikmatinya sambil ngangkring si dekat kosan saya di daerah Sagan, tepatnya di jalan Herman Yohanes. Ada yang belum pernah ngangkring? Waa..kemana saja mbak?
Kiat menjadi jurnalis yang sukses
A.Pengertian
Wartawan atau
jurnalis adalah seorang yang melakukan jurnalisme,
yaitu orang yang secara teratur
menuliskan berita (berupa laporan) dan tulisannya dikirimkan/ dimuat di media massa secara teratur. Laporan
ini lalu dapat dipublikasi dalam media massa ,
seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet.
Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam laporannya; dan mereka
diharapkan untuk menulis laporan yang paling objektif dan tidak memiliki
pandangan dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat.
B. Istilah jurnalis dan wartawan di Indonesia
Istilah jurnalis
baru muncul di Indonesia
setelah masuknya pengaruh ilmu komunikasi yang cenderung berkiblat ke Amerika
Serikat. Istilah ini kemudian berimbas pada penamaan seputar posisi-posisi
kewartawanan. Misalnya, "redaktur" menjadi "editor."
Pada saat Aliansi Jurnalis Independen
berdiri, terjadi kesadaran tentang istilah jurnalis ini. Menurut aliansi ini,
jurnalis adalah profesi atau penamaan seseorang yang pekerjaannya berhubungan
dengan isi media massa .
Jurnalis meliputi juga kolumnis, penulis lepas, fotografer, dan desain grafis
editorial. Akan tetapi pada kenyataan referensi penggunaannya, istilah jurnalis
lebih mengacu pada definisi wartawan.
Selamatkanlah Kaum Wanita
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِي اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
Kaum muslimin para hamba Allah yang dirahmati Allah!
Pada masa modern ini, pembicaraan tentang wanita adalah termasuk
pembicaraan yang telah menyita banyak waktu semua orang, dari kalangan
intelektual maupun dari kalangan awam. Betapa tidak, kaum wanita dengan kelemah lembutannya dapat melakukan hal-hal
spektakuler yang dapat mengguncangkan dunia. Dengan kelemahlembutannya itu ia
dapat melahirkan tokoh-tokoh besar yang dapat membangun dunia. Namun dengan
kelemah-lembutannya pulalah ia dapat menjadi penghancur dunia yang paling
potensial.
Untuk mengetahui bagaimana semestinya posisi kaum
wanita yang tepat maka kita perlu mengetahui bagaimana posisi kaum wanita di
kalangan generasi terdahulu sebelum datangnya Islam.
Siapapun yang mencoba mempelajari kondisi kaum wanita
sebelum Islam maka ia temukan hanyalah sekumpulan fakta yang tidak
menggembirakan. Ia akan terheran-heran menyaksikan kondisi kaum wanita yang
sangat berbeda antara suatu bangsa dengan bangsa yang lain, bahkan antara satu
suku dengan suku yang lain. Di suatu bangsa ia melihat kaum wanita menjadi
penguasa tertinggi, sementara pada bangsa yang lain mereka manjadi makhluq yang
terhina dan dianggap aib bahkan dikubur hidup-hidup.
Allah
berfirman tentang ratu Saba’:
Oleh : Riski Angga Putra
Tidak salah kalau dipenjuru pelosok
negeri Indonesia berpendapat kalau Yogyakarta adalah sebagai kota pelajar,
setiap tahun angka peningkatan terus meningkat akan jumlah mahasiswa/wi kiang
bertambah. Dari sabang sampai marauke semua anak bangsa menuju kota Yogyakarta
yang disebut sebagai kota pelajar, kota pendidikan, kota santun, kota istimewa
dari berbagai aspek kehidupan.
Dan tidak salah juga kalau saya
mengatakan Yogyakarta adalah sebagai
layak kota santri, tidak hanya kota pelajar yang penuh lembaga pendidikan, akan
tetapi akan lebih istimewa kalau Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota
santri. Kita telah mengetahui kalau pulau jawa dengan terkenalnya sejarah
mencatat kalau ulama atau kiyai yang terbesar/terbanyak adalah di pulau jawa.
Dari penjuru desa dan wilayah semua ada para pendidik, ustadz, ataupun ulama
dan kiyai. Kalau seandainya kota ini adalah kota yang lengkap akan pendidikan
yang lengkap berupa lembaga-lembaga yang akan membawa nama kota ini menuju kota
mahasiswa dan santri akan jadi apa Yogyakarta ini dipenuhi dengan berbagai
orang yang luar biasa akan membangun kota ini sebagai kota istimewa akan
pelajar yang santun dan santri yang berintelektual yang luar biasa. Saya adalah
seorang pelajar mahasiswa fakultas dakwah jurusan pengembangan masyarakat islam
Langganan:
Komentar (Atom)
.jpg)


.jpg)